LIPUS, NADUS DAN KAWAN-KAWAN, BAAJAK PI BALAI DESA

 


Episod ke 2 dari Lipus Mulai Baomong Korupsi Di Desa.

Melalui diskusi panjang yang berlangsung di rumah Nadus, kesepakatan, Lipus, Nadus dan kawan-kawan dilaksanakan tepat hari Rabu jam 7 pagi, mereka berbondong-bondong menuju Balai Desa, untuk menemui Bapak Desa.

Sepanjang perjalanan Lipus ingatkan kawan-kawan tidak boleh buat onar-onar, kita pi ini bicara baik-baik anggap katong baomong antara Bapak dan anak. Pesan Lipus ke kawan-kawan!!! Pesan ini kemudian disambut baik oleh Nadus dan kawan-kawan, mereka ini kelihatannya bukan tipe orang yang sering lupa dengan amanat dan pesan. Untuk itu mereka bergerak sesuai amanat kawan Lipus.

Tepat jarum jam menunjukan arahnya ke angka 8 mereka telah tiba di halaman Balai Desa. Lipus kelihatan gugup, sebab ini baru pertama kali, mereka harus menemui secara langsung pimpinan mereka di Desa. Lipus seketika menghentikan langkahnya sejenak, Lipus mengakat hatinya ke Sang pencipta katanya, Tuhan tolong kami, kami datang ini bukan untuk maksut apa-apa kami datang hanya atas nama perubahan kampung dan orang-orang Desa. Dengan ucapan sejengkal ini dan hati terangkat ke Sang Ilahi, Lipus kembali dikuatkan, hatinya tegar dan wajahnya cerah, tanpa takut, seolah-olah kebiasaan itu sudah sering ia lakukan.

Lipus mulai mencairkan suasana kawan-kawan sebab kawan-kawan Lipus juga merasakan hal yang sama seperti yang Lipus rasakan. Saat situasi kawan-kawan sudah kembali pulih Lipus langsung mengajak Nadus dan kawan-kawanya mari kita temui Bapak Desa. Jejak langka mereka mulai diarahkan menuju Balai Desa. Ternyata sesampainya mereka di pintu Balai Desa, ruang Balai Desa tidak ada Orang, kosong ruangan itu dan hanya kursi yang tersusun rapi mengarah ke arah Timur meja Pimpinan. Melihat kondisi ini Lipus langsung teringat, ini bukan ruangan kerja Bapak desa dan perangkat, ini tempat musawarah bersama warga dan Bapak Desa. Sempat mereka Melihat kondisi ruangan, sepertinya ruangan ini jarang digunakan. Lipus hanya menggeleng-geleng kepalanya.

Saat yang lain memantau-mantau kondisi ruangan, terkejut ada suara dari salah satu kawan mereka katanya “Lipus kantor desa ada di belakang” mendengar suara informasi ini, Lipus langsung menggerakan kawan-kawanya menujuh arah utara persis di belakang balai Desa. Saat mereka berhadap-hadapan dengan kantor desa,  Lipus kembali gugup dan kali ini Lipus sampai mengeluarkan keringatnya yang cukup banyak keluar dari pori-pori kulitnya. Rasa gugup dan takut makin menjadi-jadi, sebab Lipus tidak hanya melihat gedung kantor desa saja, namun Lipus pun harus melihat setiap perangkat desa yang berseragam dan para Linmas yang berdiri tegap sambil mentap kedatangan mereka. Rupanya mereka baru selesaikan apel pagi.

Pada kondisi ini, puncak kegugupan Lipus terjadi. Dan kawan-kawan lain pun mengalami hal yang sama seperti Lipus. Pada tahap yang menegangkan ini, dan  menggelisakan ini, jantungnya si Lipus ingin berdetak diluar dadahnya. Lipus tak mau melangka maju gugup dan rasa takut mewarnai kondisi mereka.

5 menit berlalu, mereka seolah-olah kebingungan, dan kehilangan arah. Konsetrasi meraka buyar, dan panik berkelewatan. Dengan kondisi ini Lipus teringat pesan Mama “ Lipus kalau mau ujian ko lu gugup dan takut ingat berdoa sa pasti semua beres. Mengingat pesan Mama tersebut, Lipus langsung mengutkan batinya dan mengajak kawan-kawannya untuk berdoa. Kita berdoa dulu kata Lipus kekawan-kawan. Setelah berdoa seolah-olah mereka disembuhkan bagaikan obat penawar rasa sakit yang sementara mereka minum. Memang kekuatan doa mampu menyembuhakn rasa sakit dan lainsebagainya, namun setelah rasa sakit itu ditenangkan gerakan kita tidak boleh ditenangkan pula, karena selagi persoalan yang datangnya dari manusia, pasti persoalan itu akan diselesaikan dengan manusia. Dan pasti Tuhan pun akan menyetujuinya. Demikian analisis pribadinya Lipus setelah hatinya ditenagkan melalui doa.  Dengan hati yang tenang Lipus langsung menggerakan kawan-kawannya menuju Bapak desa dan perangkat Desa.

Lipus tak lagi takut dan gugup Lipus terus dikuatkan melalui, kata-kata dalam Kitab Suci yang sering ia baca katanya, “dihapan Ku semuanya setara tidak ada yang ditinggikan dan direndahkan semuannya sama”. Kalimat firman ini persis dengan perjuangan buruh di belahan benua Eropa, Amerika Latin dan dibeberapa tempat lainya bahkan diwilayah Nusantara sejak pendudukan Bangsa penjajah yang inti perjuangan parah buruh dan elemen masyarakat lainya adalah penghapusan kelas antara kelas miskin, kaya, dan penguasa. Dengan berbekal firman ini, Lipus tak lagi gentar.

Dengan jarak 5 meter menuju hadapan Bapak desa dan perangkat Desa, Lipus disapa oleh Bapak desa dengan nada kasar. Lipus lu mau datang buat apa??? Lipus dengan mental kerakyatanya ia tidak langsung menjawab, ia terus tersenyum dan melangka maju persis dihadapan Bapak desa dan langsung menyapa bapa Desa dengan ucapan selamat pagi. Bapak desa tidak menyambut ucapanya ini dengan baik. Melainkan Bapak desa langsung menunjukan watak Feodalnya dengan memarahi Lipus dan kawan-kawan katanya “baru pertama kali orang datang disini tanpa beta kasih undangan tertulis”. Biasa bila watak feodal sudah berkolaborasi dengan sistem birokrasi yang kapitalistik. Memang sistem feodal saat Belanda menjajah Nusantara sistem ini tidak dimusnahkan malah disuburkan karena sistem feodal dan kolonial memiliki watak yang sama yaitu menindas, dan memeras hal ini berbeda dengan penjajahan Inggris.

ketika Inggris menjajah beberapa Negara dibelahan benua Eropa, Amerika, Australia, dan sebagian Negara di Asia, sistem feodal yang dimiliki oleh bangsa tersebut langsung dimusnakan oleh Inggris dengan membangun sistem barunya yaitu sistem kolonial. Tak heran bila bekas jajahan Belanda, sisa-sisa feodal masih bertengker di bekas negara jajahanya. Termasuk Indonesia

Mengapa Lipus dan kawan-kawan harus diperhadapkan demikian oleh pemimpin Desa??? karena sistem feodal yang telah dikawinkan dengan sistem kolonial mampu mewujutkan sistem baru yang bisa di terapkan dalam tata pemerintahan Desa. Hasil perkawinan sistem feodal dan sistem kolonial menghasilkan sistem baru, dengan nama sistem kapitalisme yang berkolaborasi dengan teori ekonominya Jhon Adam Smith, sebagai pencetus sistem ekonomi kapitalis. Dimasa rejim Orde baru, sistem kapitalisme disambut baik oleh rejim dengan membentuk UU Penanaman Modal Asing No 1 tahun 1966. UU ini dibentuk selang satu tahun setelah lengsernya Bung Karno. Walaupun di Indonesia telah meletus gunung Reformasi di 98, namun sistem ini belum mampu dirobohkan .Sebab Reformasi hanya merubah kepemimpinan tidak merubah sistem. 

Dengan demikian sistem kapitalis ini masih hidup dan tertransformasi kedalam sistem pemerintahan kita yang secara terstruktur dibentuk dari pusat hingga daerah. Oleh karena Desanya Lipus, juga bagian dari Indonesia, maka model kepemimpinan didesanya Lipus  juga menjalankan sistem kepemimpinan yang  kapitalistik dan anti demokrasi. Dengan anti demokrasi kata kompromi mustahil dibangun oleh setiap kepemimpinan sebab dalam ruhnya sistem kapitalisme, sistem ini akan membentuk watak baru setiap kepemimpinan yang bermental administratif dan prosedural saat rakyat menghampiri mereka. Dalil administratif dan prosedural inilah, kata kompromi mustahil dilaksanakan. dengan dasar inilah Lipus dan kawan-kawan ditolak.

Dengan ditolaknya Lipus, Nadus dan kawan-kawan, maksut mereka Untuk menciptakan sistem pemerintahan desa yang transparan dan demokratis sesuai amanat UUD 1945 dan PANCASILA gagal di wujutkan. Lipus kemudian mengarahkan kawan-kawan untuk kembali kerumah dan mereka diskusi lagi soal strategi baru untuk meloloskan perjuangan mereka.

Bersambung di Episod ke Tiga. Menanti strategi baru yang digunakan oleh Lipus dan kawan-kawan dalam menghadapi sistem kepemimpinan desa mereka, yang berwatak baru hasil perkawinan dari sistem feodal dan sistem kolonial yang melahirkan model kepemimpinan administratif, prosedural dan antidemokrasi dari buahnya sistem kapitalis hasil Reinkarnasi dari sistem feodal dan kolonial.

Episod ketiga akan dipublikasikan pada hari Jumat.

Penulis : Gusty A. Haupunu

 

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "LIPUS, NADUS DAN KAWAN-KAWAN, BAAJAK PI BALAI DESA"

Post a Comment