TIDAK ADA KATA TERIMAKASIH DALAM BAHASA DAWAN AMFOANG. INI SEBABNYA!

 

Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang digunakan untuk menjalin hubungan dengan sesama. Tanpa bahasa dunia dihuni oleh kebisuan. Soal bahasa patut kita mengakat jempol bagi pendahulu kita yang pada masanya mereka telah mampu mengahasilkan bahasa dalam berkomunikasi. Bahasa yang dihasilkan dari para pendahulu itu beragam. Setiap suku Bangsa mengahsilkan bahasanya masing-masing.

Misalnya diwilayah Amfoang memiliki bahasa dawan Amfoang sebagai alat komunikasi orang Amfoang, sebelum Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai Bahasa pemersatu pada momentum sumpah pemuda 28 oktober 1928. Dari bahasa dawan Amfoang sejak penggunaanya hingga memasuki generasi milenial saat ini bila ditelusuri ada beberapa kata bahasa yang dari pembentukannya tidak disertakan dalam tata bahasa dawan Amfoang kata-kata itu misalnya kata terimakasih.

Kata terimakasih, memang sengaja ditiadakan atau jelas tidak digunakan dalam tata bahasa dawan Amfoang, akan kita pelajari dari kondisi kehidupan masyarakat Amfoang sebagai berikut.

Pertama Menelususri kehidupan orang Amfoang dimasa lalu yang disebut sebagai masa komunal primitif, orang Amfoang pada masa itu tidak mengenal transaksi barang dan jasa menggunakan mata uang, sebelum bangsa barat menguasai Nusantara. Kehidupan dimasa itu transaksi barang dan jasa orang Amfoang dikenal dengan Mafe bale atau barter yaitu pertukaran barang dengan barang. 

Masa pertukaran barang dengan barang orang Amfoang tidak akan menghasilkan satu kosakata yang menjurus pada ucapan terimah kasih. Sebab transaksi tersebut langsung memberikan balasan yang setimpal dengan pemberian utamanya.

Kedua model kerja orang Amfoang dimasa komunal primitif tidak mengenal pembagian kerja, semua yang ada berkerja secara bersama-sama, yang disebut mepu tabua atau bergotong royong.

Dari bergotong royong maka semua pekerjaan dikerjakan secara bersama-sama dan sistem hirarki tidak diberlakukan, hingga model kerja jasa juga tidak diperhitungkan. Sebab aktifitas gotong royong sama-sama bekerja dan tidak ada kondisi saling bergantungan. Kondisi inilah peluang menghadirkan kata terimakasih dalam tata bahasa dawan Amfoang sulit diciptakan pada masa itu.

Berdasarkan kedua aktifitas inilah, yang membuat para pendahulu orang Amfoang tidak menciptakan kata terimakasih dalam tata bahasa dawan Amfoang. Sebab segala yang ada maka dimugkinkan ada dalam bahasa dan sebaliknya segala yang tidak ada pasti tidak disebutkan dalam bahasa. Misalnya seseorang tidak mungkin menyebutkan pisau, bila pisau itu tidak ia temukan. Oleh karena pada masanya terimakasih tidak ada dalam kebiasaan orang Amfoang maka ucapan atau kata tersebut tidak diciptakan dalam tata bahasa dawan Amfoang.

Secara harafia kata terimakasih yang saat ini, telah digunakan oleh orang Amfoang akibat dari pergeseran aktifitas dimasa lalu, maka kata terimakasih dalam bahasa dawan Amfoang disebut Toti makasi yang diadopsi dari bahasa Indonesia. Toti sama dengan minta dan makasi merupakan kependekan dari kata terimakasih. 

Penulis : Gusty A. Haupunu, Guru di SMA N I Amfoang Barat Laut.

Dari setiap pembaca bila ada referensi tambahan atau kritikan tinggalkan komentarnya dibawah ini demi kesempurnaan artikel ini kedepan.

 

 

 

Postingan terkait:

3 Tanggapan untuk "TIDAK ADA KATA TERIMAKASIH DALAM BAHASA DAWAN AMFOANG. INI SEBABNYA!"

  1. Toti makasih...untuk pa Gusty yang telah melakukan analisis dan publish karya ini.

    Tulisan ini telah menambahkan perbendaharan pengetahuan bagi semua yang sempat membaca.

    Tetap berkarya dan salam literasi..👍👍

    ReplyDelete
  2. Tetap semangat kawan gusty haupunu.

    ReplyDelete