OPINI: BANYAKNYA MATA PELAJARAN YANG DITERAPKAN PADA SATUAN PENDIDIKAN. MENGANCAM KUALITAS PENGETAHUAN PESERTA DIDIK.



( kajian analisis pada penerapan mata pelajaran di tingkat SMA)
Oleh, Gusty A. Haupunu, Guru matapelajaran Geografi di SMA N I Amfoang Barat Laut
Mengatas namakan kepentingan penguasa dalam memuluskan agenda kapital maka, pendidikan dikorbankan. Pendidikan yang diorientasikan pada pembentukan kualitas berpikir manusia dan kualitas karakter manusia kian sulit diwujutkan oleh Negara. Melalui catatan Sejarah dalam dunia pendidikan yang berlangsung semenjak zaman kolonial sampai saat ini, juga tidak mampu menemukan sistem dan kurikulum pendidikan yang dapat membentuk manusia Indonesia menjadi cerdas dan produktif. semangat Negara dalam mencerdaskan manusia merupakan bentuk amanat konstitusi. Yaitu Negara berkewajiban dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Melalui semangat konstitusi ini, maka menjadi kewajiban logis bagi mereka yang berkuasa untuk siap mewujutkannya. Melalui kewajiban penguasa maka setiap rejim yang berkuasa akan selalu, meluncurkan srategi dan program mereka demi menemukan sebuah kepastian sistem pendidikan yang layak digunakan bagi seluruh rakyat Indonesia. Namun ironisnya semangat pembentukan sistem dan model kurikulum yang di jalankan oleh setiap rejim belum mampu menemukan real nya sistem pendidikan dalam menjawab persoalan pendidikan di republik ini. Sejarah mencatat bahwa, pembentukan kurikulum semenjak Indonesia Merdeka, berawal dari tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006 dan 2013. Berdasarkan kurikulum yang telah berjalan di Indonesia semenjak kurikulum 1947- kurikulum 2013 jika kita cermati secara sistematis tentang implementasi dari setiap kurikulum tersebut, bagi saya yang lebih menarik dan layak kita pertahankan ialah model kurikulum 1947. Penerapan kurikulum 1947 mengarah pada penghapusan seluruh pengaruh sistem pendidikan kolonial pada sistem pembelajaran Indonesia. Penerapan pemebelajaran kurikulum 1947 sangat sederhana, yang hanya memuat dua hal pokok yaitu daftar mata pelajaran dengan jam pelajaran dan garis-garis besar pengajaranya. Masa implementasi kurikulum 1947 dilaksanakan pada tahun 1950 penyebab persoalan ini ialah gejolak perang revolusioner yang sementara berjalan sehingga penyebutan kurikulum 1947 juga disebut sebagai kurikulum 1950 yang merupakan tahun  terimplementasinya kurikulum 1947. Untuk lebih memahami secara lengkap kurikulum 1947 berikut adalah ciri-ciri dari kurikulum 1947. Rencana pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran dalam arti kognitif namun yang diutamakan pendidikan watak atau kepribadian (value attitude)  meliputi: pertama, kesadaran bernegara dan bermasyarakat kedua, materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, ketiga perhatian pada kesenian dan pendidikan jasmani, keempat Lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain. Sedangkan penerapan dari Garis-garis besar pengajaran atau GBP pada saat itu, di tekankan pada cara guru mengajar dan cara murid mempelajari. Misalnya, pelajaran bahasa mengajarkan bagaimana cara berbicara, membaca, dan menulis. Ilmu Alam mengajarkan bagaimana proses kejadian sehari-hari, bagaimana mempergunakan berbagai perkakas sederhana (pompa, timbangan), dan menyelidiki berbagai peristiwa sehari-hari, misalnya mengapa lokomotif diisi air dan kayu, mengapa nelayan melaut pada malam hari, dan bagaimana menyambung kabel listrik. Kemudian pada tahap perkembangannya, rencana pelajaran lebih dirinci lagi setiap pelajarannya, yang dikenal dengan istilah Rencana Pelajaran Terurai pada tahun 1952. Kurikulum 1947 berjalan hingga tahun 1968, masa pergantian kurikulum 1947 ialah dua tahun setelah kekuasaan pemerintahan Revolusioner Soekarno beralih tangan ke pemerintahan diktator Soeharto. Memasuki babak baru di rejim kediktatoran Soeharto pendidikan memiliki semangat baru, yang berwatak dan berciri investasi. Dengan demikian arah pendidikan masa diktator Soeharto mutlak berkontradiksi dengan watak dan ciri pendidikan masa Revolusioner Soekarno. Maka semboyang Selamat datang investasi di Bumi Indonesia merupakan bagian dari komando ORBA kala itu ketika berhadapan dengan mereka pemilik modal yang pada masa pergerakan kemerdekan Indonesia mereka merupakan musuh perlawanan Rakyat Indonesia. Dengan demikian kekuatan Asing mutlak mengusai Indonesia sejak 1966 pada saat rejim Revolusioner Soekarno digulingkan oleh kekuatan Imprealisme melalui Soeharto. Melalui imperealisme inilah maka perombakan besar-besaran terjadi diberbagai sektor kebijakan demi menjawab tuntutan agenda imperialisme. Berpadoman pada tuntutan imprealisme ini, maka rejim diktator Soeharto  menetapkan berbagai regulasi-regulasi baru dan prodak perundang undangan yang baru untuk memuluskan seluruh kehendak Imprealisme. Tak heran jika penerapan pendidikan zaman ORBA selalu mengutuk keras model pembelajaran yang bermuatan kritik terhadap pemerintah dan menjauhkan sistem pendidikan dari setiap persoalan rakyat. Misalnya pada pendidikan tinggi menerapkan model normalisasi kampus seperti    NKK/BKK yang saat ini berubah nama menjadi MENWA. Program dari NKK/BKK masa ORBA difungsikan untuk menjaga dan mengamankan mahasiwa yang menganalisis persoalan rakyat  untuk mengkritisi kebijakan Negara. Kejayaan ORBA berakhir saat desakan masa yang berdatangan dari berbagai elemen yang kemudian 1998 Soeharto dilengserkan. Sayangnya pelengseran Soeharto hanya menjadi tawaran reformasi bukan tawaran Revolusi sehingga yang terjadi adalah pergantian pujuk kepemimpinan saja yaitu Habibie yang merupakan anak didik Soeharto duduk menggantikan soeharto selaku pimpinan. Tak heran jika segala sistem yang telah berjalan selama 32 tahun tak satu pun di rubah. Setelah Habibie, Megawati Soekarnoputri, dan menuju tahap Demokrasi dimasa SBY dan Berlanjut pada masa Jokowidodo juga tidak memiliki perubahan substansional dari setiap regulasi dan prodak Undang-Undang yang dibentuk pada masa ORBA. Rejim-rejim pengganti ORBA justru lebih buruk lagi dalam hal invesatsi. Rejim penerus ORBA juga mengatasnamakan invesatasi sebagai program unggulan mereka. Misalnya pada sektor pendidikan banyak mata pelajaran yang memiliki fungsi ganda dalam penerapannya. Sebagai pembuktian kita ialah pembelajaran lintas minat. Menurut pengamatan umum saat kita meneliti dan membuka setiap buku pembelajaran antara mata pelajaran wajib dan mata pelajaran peminatan tidak menemukan perbedaan yang substansial dalam kajian materi.
Fokus pembelajaran peserta didik, menurun saat di perhadapkan dengan sejumlah tawaran mata pelajaran yang diluar dari disiplin ilmu peserta didik.
Sistem pembelajaran ditingkat SMA terdapat 3 klasifikasi kelompok ilmu pengetahuan, pertama rumpun BAHASA, kedua rumpun IPS dan ketiga rumpun IPA. Ketiga rumpun pembelajaran tersebut telah dilaksanakan oleh Negara sejak kemerdekaan. Dalam pengimplementasian mata pelajaran pada kurikulum sebelumnya setiap mata pelajaran yang diajarkan pada peserta didik akan disesuaikan dengan rumpun ilmu pengetahuan yang diminati oleh peserta didik dan disesuaikan dengan tingkatan kelas yang ditempati oleh peserta didik. Misalnya untuk penerapan pembelajaran matapelajaran di kelas X, seluruh peserta didik akan mempelajari seluruh mata pelajaran yang diprogramkan dalam sistem pembelajaran di SMA. Kemudian saat memasuki tingkat kedua pada kelas XI mata pelajaran yang diajarkan diorientasikan sesuai dengan rumpun ilmu pendidikan yang diminati ditambah dengan mata pelajaran umum, terkait penerapan matapelajaran di tingkat ketiga kelas XII juga menerapkan hal yang sama dengan penerapan pembelajaran matapelajaran pada tingkat kedua kelas XI. Selanjutnya saat memasuki tahap akhir pemebelajaran di tingkat ketiga kelas XII mata pelajaran yang diuji pada Ujian Naional adalah 3 mata pelajaran pada rumpun jurusan di tambah denga 3 mata pelajaran umum yang jumlah mata pelajaran ujian nasionalnya adalah 6 mata pelajaran. Kemudian pada ujian sekolah seluruh mata pelajaran akan menjadi kewajiaban untuk di uji bagi peserta didik yang berada pada tingkat ketiga kelas XII. Sedangkan pada kurikulum 2013 saat tingkat pertama kelas X peserta didik suda di fokuskan pada pemilihan jurusan ditambah dengan mata pelajran lintas minat bersama dengan mata pelajaran umum, kemudian pada tingkat kedua kelas XI juga berlaku sama dengan tingkat pertama pada kelas X, selanjutnya pada tingkat ketiga kelas XII juga berlaku seperti kelas X dan Kelas XI. Sedangkan dalam pelaksanaan Ujian Nasional mata pelajaran yang di uji berasal dari matapelajaran peminatan jurusan ditamba dengan 3 mata pelajaran umum yang berjumlah 4 mata pelajaran, kemudian untuk pelaksanaan ujian sekolah dilaksanakan persis dengan pelaksanaan ujian sekolah pada kurikulum sebelumnya. Berdasarkan penerapan pembelaran matapelajaran pada kurikulum 2013 dan kurikulum sebelumnya, terkait dengan arah fokus pembelajaran, kurikulum sebelumnya lebih mengara pada target pembelajaran peserta didik yang disesuaikan dengan keahlian peserta didik atau jurusan peserta didik. sedangkan kurikulum 2013 belum menemukan target fokus pembelajaran sebab setiap mata pelajaran yang di terapkan memiliki fungsi ganda. Misalanya satu matapelajaran jurusan memiliki fungsi pemeblajaran wajib dan pemebelajaran peminatan. Pada kondisi ini maka peserta didik akan mengalami drop dalam target pemebelajaran, sebab matapelajaran lintas minat yang bukan merupakan bagian dari jurusannya juga difungsikan untuk dipelajari. Dengan demikian maka kualitas peserta didik dalam memahami secara tuntas mata pelajaran yang merupakan keahliannya akan mengalami kemunduran karena fokus pemeblajarannya tidak di siapkan oleh kurikulum. Target kurikulum seperti ini sejatinya didedikasikan untuk menggagalkan minat belajar siswa. Namun dilain sisi desain kurikulum seperti ini justru akan mendatangkan angin segar bagi perusahaan percetakan buku di Indonesia, termasuk pengusaha toko buku dan para marketing buku untuk menawarkan bisnis bukunya demi kepentingan akumulasi modal. Sebagai bukti hitungannya saat penerapan K-13 total buku cetak pada mata pelajaran jurusan akan dicetak menjadi dua bagian yaitu cetakan peminatan dan cetakan wajib. Kemudian mata pelajaran umum seperti matematika dan sejarah juga mendapatkan cetakan porsi yang sama yaitu wajib dan peminanatan dengan demikian total buku yang di butuhkan setiap sekolah menenga atas seperti SMA pada K-13 menjadi 36 buah buku, ditambah dengan 1 buah buku dari mata pelajaran TIK yang dimasukan kembali dalam pemebelajaran berdasarkan pada Permendikbut yang baru.
Dengan ditambahkannya TIK dalam pembelajaran maka total buku yang diperlukan dalam pembelajaran disekolah adalah 37 buah buku. dengan berjumlah 37 buah buku merupakan jumlah akumulasi 2 kali dari kurikulum sebelumnya. Dengan demikian jelas bahwa setiap desain kurikulum maupun setiap regulasi dan prodak perundang-undangan pada rejim pengganti ORBA seluruhnya didedikasikan untuk kepentingan kapital. Sehingga cerminan dari sistem pendidikan Indonesia saat ini juga tidak jauh berbeda dengan model pendidikan kolonial.
Penerapan mata pelajaran harus disesuaikan dengan kemampuan peserta didik
Gerekan kanter hegemoni kapital atas penyedoran beragam matapelajaran atas nama akumulasi modal harus di hentikan. Secara normatif jurusan keilmuan yang diterapkan pada satuan pendidikan menenga atas terdiri dari jurusan Bahasa, IPS dan IPA. Dari penerapan pembelajaran matapelajaran diketiga jurusan keilmuan tersebut juga belum mampu memfokuskan ara belajar dari peserta didik diantaranya setiap jurusan masi mempelajari matapelajaran yang bukan bagian dari keahlian peserta didik. Untuk itu jurusan keilmuan yang diterapkan harus didesain secara baik agar model terapan matapelajaran bagi peserta didik tidak membias dari keahlian yang dimaksut. Dan ini jawabanya dari ketiga jurusan keilmuan tersebut, harus dibentuk satu jurusan keahlian lagi yaitu jurusan olaraga dan ketrampilan ini bertujuan untuk matapelajaran ketrampilan dan olaraga tidak dimasukan dalam jurusan keahlian yang lain. Lebih mendetail lagi cermatilah tabel penerapan matapelajaran ditingkat SMA dibawah ini.
Tabel Penerapan Matapelajaran Tingkat SMA
JURUSAN KEILMUAN
PENERAPAN MATAPELAJARAN
IPA
Biologi, kimia, fisika
IPS
Ekonomi, Sosiologi, Geografi
BAHASA
Bahasa inggris, bahasa Indonesia, antropologi, Matematika
Olah raga dan ketrampilan
SBK, Prakarya, PJOK, Matematika
Sumber: Analisis pribadi, Gusty A. Haupunu
Berikut adalah cara penerapan dari sistem pebelajaran tersebut. Melalui penyajian tabel tersebut mata pelajaran umum seperti matematika, sejarah, mata pelajaran karaketer kembangsaan, keagamaan seperti PKN dan Agama beserta mata pelajaran TIK akan di terapkan pada tingkat pertama kelas X dan  tingkat kedua kelas XI saja sedangkan pada tingkat ketiga kelas XII pada mata pelajaran Sejarah, Matematika, PKN, Agama dan TIK ditiadakan dalam pembelajaran tingkat ketiga pada kelas XII. Ini berdasarkan asumsi untuk memfokuskan pembelajaran siswa pada keahlian ilmu yang diminatinya. Sedangkan matapelajaran bahasa tidak diterapkan pada jurusan diluar bahasa sebab setiap kegiatan pembelajaran pada setiap matapelajaran unsur-unsur kebahasaan suda menjadi satu bagian dari proses tersebut. Selanjutnya untuk matapelajaran sejarah, PKN, Agama dan TIK, dibatasi pada tingkat kedua kelas XI saja, karena matapelajaran seperti Sejarah, PKN, Agama dan TIK peserta didik akan selalu mendapatkan pembelajaran praktenya pada setiap hari ditempat ibadah, rumah tangga, lingkungan pemerintahan dan pemanfaatan teknologi HP android. kemudian matapelajaran matematika bentuk penerapannya pada Jurusan keahlian IPA dan IPS dibatasi pada tingkat pembelajaran ke dua pada kelas XI sebab unsur pembelajaran matematika telah terkafer dalam matapelajaran jurusan keahlian IPA dan IPS sedangkan pada jurusan keahlian Bahasa dan jurusan keahlian Olaraga dan ketrampilan, penerapan matapelajaran matematika sampai pada tingkat ketiga kelas XII sebab kedua jurusan keahlian tersebut tidak memiliki unsur kematematikaan. Namun dalam pelaksanaan UN matematika ditiadakan dari kedua jurusan keahlian tersebut. Sedangkan pelaksanaan UN pada jurusan IPA dan IPS sesuai dengan keahlian jurusan. Melalui analisis diatas maka tidak akan ada diskriminalisasi ilmu pengetahuan pada tingkat pembelajaran SMA seperti wacana yang dilontarkan oleh mentri pendidikan Nadim Makarim bahwa matapelajaran Bahasa inggris ditiadakan ditingkat SMA. Sedangkan untuk matapelajaran bimbingan konseling difungsikan untuk membina dan membimbing siswa untuk tidak terjebak dalam lingkaran kenakalan remaja. melalui anlisis penerapan pembelajaran tersebut maka penerapan 5 hari KBM akan efektif untuk dilaksanakan sehingga pada hari sabtu dipergunakan untuk pengembangan bakat dan minat peserta didik. Dengan akhir dari tulisan ini penulis mencoba membuat tuntutan solusi antara lain, pertama Hilangkan kompromi negara bersama kapital, kedua Hidupkan kembali semangat kurikulum 1947, kedua Penerapan pembelajaran mata pelajaran harus difokuskan pada keahlian jurusan peserta didik bukan berdasarkan pada peminatan sebab keahlian lebih tinggi dari sekedar peminatan. Jika metode ini dijalankan oleh negara maka fokus pembelajaran siswa pada tingkat SMA akan berjalan dengan baik dan tepat sasaran pada kemampuan peserta didik dan derajat Indonesia akan menjadi sederajat dengan bangsa-bangsa lain. Lawan Kapitalisme adalah sebuah kepatuhan kepada PANCASILA, UUD 1945 dan untuk kemulian Tuhan Yang Maha Esa. Tulisan ini didedikasikan kepada pemerintahan JOKOWIDODO jilid dua terlebih khusus mentri pendidikaan Nadim Makarim agar dalam pembentukan sistem kurikulum maupun setiap regulasi dan prodak-prodak perundang-undangan yang berlaku tidak terjebak dalam cengkraman IMPREALISME sebagai bentuk tertinggi dari KAPITALISME.





Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "OPINI: BANYAKNYA MATA PELAJARAN YANG DITERAPKAN PADA SATUAN PENDIDIKAN. MENGANCAM KUALITAS PENGETAHUAN PESERTA DIDIK."

Post a Comment