BUMI IBUNDA KITA


(ilustrasi gambar diambil dari laman, kompasiana.com)

2019 mengharuskan kita memeriksa keadaan

Kita seakan tak berdaya ketika covid 19 menggempur jagat raya

Semua yang berkompeten kebingungan menghadapi kondisi ini

Dimana-mana suara pengeluhan terus menjelit ke angkasa


Dunia memang digonjangkan, diobok-obok sampai semua tak berdaya

Diseluruh belahan dunia aktifitas manusia akhirnya terhenti

Dimana-mana prtokol kesehatan terus berkomandan dan semua harus berhenti

Aktifitas masal ditiadakan, kita diharuskan menjaga jarak dan bermasker

 

Kondisi ini mengharuskan kita memeriksa keadaan

Semua kita mestinya berefleksi, berevaluasi, berpikir, apa yang suda kita perbuat

Selama ini tak ada kata jedah saat kita bergerak, kita bebas melakukan apa saja asalkan kehendak kita terpenuhi. Kita begitu tak bertanggung jawab soal apa yang suda kita lakukan.

Diaman-mana ada eksploitasi, ada pengeboran ada gumpalan asap, ada pembakaran hutan, bahkan air pun tercemar oleh aktifitas industry yang tak mematuhi kajian AMDAL.

Semua ini kita lakukan tanpa jedah.

 

Wahai ciptaan teristimewa haruskah kita demikian?

Haruskah kita terus memporak poranda bumi kita?

Haruskah kita bebas bereksplotasi?

Mengapa??? kita tak sadarkan diri soal kehadiran covid 19?

 

Saat ini, Kita seakan-akan lupa diri, lupa semua yang kita nikmati, lupa semua pertanda.

Sampai disini, wahai ciptaan teristimewa. Dengarkan sajak ku. Sajak bumi ibunda kita.

Jangan sekali-kali kita sakiti Ibunda kita, jangan sama sekali.

Sebab ia pun akan marah, ia pun akan murkah dengan kita.

Covid 19 pertanda bumi ibunda kita menegur kita, Menasihati kita mengingatkan kita apa yang sudah kita perbuat.

 

Wahai bumi ibunda tersayang maafkan kami.

Memang kami serakah, memang kami tak peduli dengan mu. Kami menyakiti hati mu.

Sekarang kami sadar, kami akan berubah, kami tak lagi berhamba pada kapitalisme.

Memang Selama ini yang kami lakukan semuanya tuntutan kapitalisme, dialah yang membutakan hati kami.

 

Dialah yang memuat kami tak mengenal engkau sebagai ibunda tersayang.

Dialah yang menginkan eksplotasi, keserakahan merajalela, dan tak peduli dengan keseimbangan mu.

 

Selama ini kami menganggapnya ibunda tersayang. Trimahkasih bumi ibunda tersayang saat covid 19 menghampiri kami justru kami tersadarkan, ini teguran darimu.

Kami telah sadar kapitalisme bukan ibunda kami.

Sampai disini kami akan kembali memelukmu, menjagamu dan menyayangimu, 

Biarkan kami tak dimurkahi olehmu. Bumilah ibunda kita.

 Penulis: Gusty A. Haupunu, Guru di SMA N I Amfoang Barat Laut

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Postingan terkait:

    Belum ada tanggapan untuk "BUMI IBUNDA KITA"

    Post a Comment