2019 mengharuskan kita memeriksa keadaan
Kita
seakan tak berdaya ketika covid 19 menggempur jagat raya
Semua
yang berkompeten kebingungan menghadapi kondisi ini
Dimana-mana suara pengeluhan terus menjelit ke angkasa
Dunia
memang digonjangkan, diobok-obok sampai semua tak berdaya
Diseluruh
belahan dunia aktifitas manusia akhirnya terhenti
Dimana-mana
prtokol kesehatan terus berkomandan dan semua harus berhenti
Aktifitas masal ditiadakan, kita diharuskan menjaga jarak dan bermasker
Kondisi
ini mengharuskan kita memeriksa keadaan
Semua
kita mestinya berefleksi, berevaluasi, berpikir, apa yang suda kita perbuat
Selama
ini tak ada kata jedah saat kita bergerak, kita bebas melakukan apa saja
asalkan kehendak kita terpenuhi. Kita begitu tak bertanggung jawab soal apa
yang suda kita lakukan.
Diaman-mana
ada eksploitasi, ada pengeboran ada gumpalan asap, ada pembakaran hutan, bahkan
air pun tercemar oleh aktifitas industry yang tak mematuhi kajian AMDAL.
Semua
ini kita lakukan tanpa jedah.
Wahai
ciptaan teristimewa haruskah kita demikian?
Haruskah
kita terus memporak poranda bumi kita?
Haruskah
kita bebas bereksplotasi?
Mengapa???
kita tak sadarkan diri soal kehadiran covid 19?
Saat
ini, Kita seakan-akan lupa diri, lupa semua yang kita nikmati, lupa semua
pertanda.
Sampai
disini, wahai ciptaan teristimewa. Dengarkan sajak ku. Sajak bumi ibunda kita.
Jangan
sekali-kali kita sakiti Ibunda kita, jangan sama sekali.
Sebab
ia pun akan marah, ia pun akan murkah dengan kita.
Covid
19 pertanda bumi ibunda kita menegur kita, Menasihati kita mengingatkan kita
apa yang sudah kita perbuat.
Wahai
bumi ibunda tersayang maafkan kami.
Memang
kami serakah, memang kami tak peduli dengan mu. Kami menyakiti hati mu.
Sekarang
kami sadar, kami akan berubah, kami tak lagi berhamba pada kapitalisme.
Memang
Selama ini yang kami lakukan semuanya tuntutan kapitalisme, dialah yang membutakan
hati kami.
Dialah
yang memuat kami tak mengenal engkau sebagai ibunda tersayang.
Dialah
yang menginkan eksplotasi, keserakahan merajalela, dan tak peduli dengan
keseimbangan mu.
Selama
ini kami menganggapnya ibunda tersayang. Trimahkasih bumi ibunda tersayang saat
covid 19 menghampiri kami justru kami tersadarkan, ini teguran darimu.
Kami
telah sadar kapitalisme bukan ibunda kami.
Sampai disini kami akan kembali memelukmu, menjagamu dan menyayangimu,
Biarkan kami tak dimurkahi olehmu. Bumilah ibunda kita.
Belum ada tanggapan untuk "BUMI IBUNDA KITA"
Post a Comment